Jimmy Iskandar |
Otodidak dan telaten, sifat yang melekat pada diri
Jimmy Iskandar, pewaris tahta Tarzan
Photo yang berdiri sejak tahun 1948. Bermodalkan 13 jutaan, Jimmy
mendongkrak Tarzan Photo menjadi primadona. Ketenarannya melambung saat
mempelopori foto bermedia kanvas. Melewati tiga zaman, foto hitam putih, foto
berwarna, hingga era digital. Tarzan Photo pun sukses mencatat sejarah memotret
5 presiden. Berikut ini Biografi Jimmy Iskandar.
Biografi Jimmy
Iskandar
Darah sang ayah, Tjhang
Khioe Sian rupanya mengalir deras pada diri Jimmy Iskandar. Sejak usia dini,
Jimmy sudah mengagumi pekerjaan sang ayah sebagai juru foto dokumentasi
surat-surat resmi dan pas foto dengan menggunakan alat sederhana manual.
Di usianya yang baru
menginjak 18 tahun, Jimmy sudah mulai akrab dengan tombol-tombol kamera.
Baginya, tahun 1980-an seperti menjadi babak baru bagi kehidupannya. Ia
dituntut untuk mandiri. Ditahun itu, atas restu orang tua iapun membuka usaha
fotografi dengan modal sekitar 13 jutaan. Butuh waktu 5 tahun untuk menjadi
tenar.
Berkat foto kanvas yang
dipeloporinya, perlahan usaha yang dibidiknya mulai melejit, bahkan hingga
ranah Istanah Negara. Tak aneh, jika kemudian orderan pun terus mengalir.
Fotografer yang telah melewati tiga zaman ini terus ‘berdansa’ dengan pesanan
kelas atas. Dalam catatan karirnya, setidaknya ia telah sukses memotret 5
presiden RI berturut-turut. Selain itu pemotretan di event akbar seperti KTT
Non Blok ke 10 (1992) dan Konferensi Asia Afrika (KAA) Golden Anniversary
(2005) dalah sederet data yang menceritakan kegemilangannya selama berkarir di
dunia fotografi.
Latar Belakang
Kehidupan Jimmy Iskandar
Jimmy Iskandar lahir dari
keluarga Tionghoa. Orang tuanya seorang fotografer yang membuka usaha jasa
pemotretan di bilangan Petuakan Kota. Sejak kecil Jimmy sering membantu ayahnya
untuk urusan fotografi. Tak aneh kalau diusianya yang masih muda sudah terbiasa
untuk memotret meski denga alat yang masih sangat terbatas. Ia lakukan itu secara
otodidak, tanpa kursus tanpa sekolah bahkan ia tak sempat meneruskan studinya
ke perguruan tinggi.
Jika ditanya mengapa
memilih fotografi, maka Jimmy menjawab karena sang ayah fotografer maka ia
memilih fotografi sebagai jalan hidupnya. Seperti ada aliran darah yang
diwariskan sang ayah pada dirinya di dunia usaha ini. Selain itu, ia tak punya
banyak pilihan karena Jimmy tak tamat SMA pada tahun 1966. Karena alasan
politik jadi sekolah mandarin semua ditutup oleh pemerintah. Akhirnya ia
putuskan mengikuti jejak sang ayah di dunia fotografi.
Setelah menikah di tahun
1979, secara total ia terjun dan konsentrasi penuh di dunia fotografi dengan
menjajal membuka studio di daerah Hasyim Ashari, Jakarta. Saat itu ia sangat
senang sekali karena ayahnya memberikan nama Tarzan sebagai merk
dagangnya. Itu adalah warisan yang sangat berharga.
Tarzan Photo Masa Lalu |
Meraih sukses itu tidak mudah. Namun dengan penuh
kerja keras, kegigihan dan konsistensi dalam membina perusahaan, ayah 3 anak
berusia 64 tahun ini mampu keluar
sebagai juara dalam hidupnya. Bahkan ia mampu melakukan lompatan-lompatan
cerdik untuk mengembangkan perusahaannya. “Untuk sukses sangat butuh
perjuangan,” ungkapnya.
Filosofi Nama
‘Tarzan’
Jimmy sangat bangga,
usahanya menggunakan nama ‘Tarzan’ hal itu dikarenakan sangat bersejarahnya
nama itu bagi dirinya dan sang ayah. Tentunya ini berawal dari usaha fotografi
ayahnya yang juga memakai nama ‘Tarzan’. Awalnya ayahnya memakai nama Taishan,
sebuah gunung yang ada di Tiongkok. Namun secara kebetulan disaat yang sama
film Tarzan tengah laris. Untuk kemudahan pengucapan, akhirnya ya digantilah
menjadi Tarzan. Memang namanya terkesan kampungan tapi dengan nama itu orang
gampang mengingatnya. “Biarlah nama hutan tapi rezeki kota, meski awalnya saya
harus berjuang
keras menggaet pelanggan,” ungkapnya.
Awal Merintis
Jika ditany bagaimana
awal merintis usaha Tarzan photo ini maka jawabannya, “Wah.. cukup penuh
perjuangan. Di masa itu saya sering ‘terlunta-lunta’ menyebar brosur ke
perumahan dengan door to door di sekitar Jakarta. Tapi syukurlah akhirnya
perjuangan saya itu berbuah manis,” tutur Jimmy.
Pelan tapi pasti, banyak
customer yang memakai jasa Tarzan Photo. Soal kerja keras, semua pebisnis pasti
kerja keras. Tapi Jimmy menjadikan semua tantangan yang dihadapinya itu sebagai
motivasi untuk meraih sukses bukan rintangan yang menjadi kendala.
Jimmy butuh lima tahun
merintis bisnis ini hingga sampai se terkenal dan sesukses ini.
Foto Kanvas
Jimmy Iskandar Pelopor Foto Kanvas Indonesia |
Jimmy Iskandar juga
dikenal sebagai pelopor foto kanvas yaitu foto yang dicetak di media kanvas.
Sejarahnya adalah ketika ia main ke rumah temannya. Tak sengaja ia lihat gambar
yang terpajang di dinding rumahnya. Wow, gambar itu sangat bagus dan sangat
memukau Jimmy. Lalu ia bertanya ke pemiliknya itu lukisan atau foto, temannya
menjawab bahwa itu adalah foto kanvas dari Amerika dan cukup mahal.
Malam itu juga ia terus
memutar otak, bagaimana caranya agar foto kanvas bisa dibuatnya di Indonesia.
Ia kemudian bereksperimen, mencetak foto diatas kanvas, awalnya selalu gagal
terus hingga puluhan kali. Akhirnya Jimmy menemukan caranya. Wajarlah saat itu
di tahun 1985 teknologi sangat terbatas dan internet juga belum ada. Semua itu
ia pelajari dan kerjakan secara otodidak, tanpa bimbingan guru. Dan boleh
dikatakan ia adalah pelopor foto kanvas di Indonesia.
Memotret
Presiden Indonesia
Setelah ia berhasil
dengan foto kanvasnya, Tarzan foto pun booming, banyak dicari orang. Tidak
hanya di Jakarta namun juga dari Lampung, Jambi dan kota-kota lain. Namun itu
bukanlah prestasi puncak.
Yang membanggakan Jimmy
adalah ketika dirinya dipercaya untuk memotret 5 Presiden RI seperti HM
Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain
itu ia sering melayani pemotretan pejabat negara lainnya.
Ia juga ditunjuk dan
dipercaya sebagai official photographer di KTT Non Blok 10 di Jakarta dengann
mengabadikan foto 108 kepala negara serta di Konverensi Asia-Afrika (KAA)
Golden Anniversary yang dihadiri 110 kepala negara di Jakarta dan Bandung hanya
hitungan 2 menit saja. Padahal ia tak pernah melakukan promosi apapun.
Perkembangan
Terkini
Dulu foto kanvas masih
sangat jarang. Maka tak aneh jika diburu orang. Di awal-awal untuk setiap foto
kanvas dihargai sekitar 1,5 jutaan saat itu. Dan Tarzan Photo masih menghuni
sebuah rumah kontrakan.
Seiring dengan
berjalannya waktu, Tarzan Photo akhirnya mmebeli ruko di daerah Roxy Mas dan
pada tahun 1995 membuka cabang di Pondok Indah, diman asaat pembukaannya
dihadiri oleh Miss Universe Brazil, Dayana Tores.
Di tahun 1992, Tarzan
Photo membuka bisnis lain dibidang Bridal dan Salon yang merupakan kesatuan
dari perlengkapan pernikahan dalam konsep one stop wedding. Selama 62 tahun,
Tarzan Photo tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggannya.
Sebagai generasi kedua,
Jimmy terbilang sukses melenggang ke puncak gerbang kegemilangann dalam
karirnya, membawa Tarzan photo menuju era keemasannya. Dalm waktu cepat ia
mampu berbenah. Yang semula hanya sebuha rumah kontrakan, kini berhijrah ke
sebuah ruko elit dengan status hak milik. Selain itu ia juga sukses membangun
brand Tarzan Photo sebagai jasa pemotretan top di negeri ini.
Jimmy juga telah sukses
menggondol berbagai prestasi dan penghargaan dari dalam dan luar negeri.
Mungkin karena Tarzan photo menerapkan misi memuaskan seluruh pelanggan dengan
kualitas dan pelayanan dengan menggunakan manajemen parsipatoris. Sebuah
manajemen yang mengedepankan keinginan pelanggan.
Yang Membuat Tarzan Photo
Sukses adalah kerja keras dan memberikan service terbaik, itulah kuncinya.
Jimmy sellau berusaha untuk mengetahui keinginan pelanggannya. Semua orang yang
difoto itu ingin terlihat lebih cantik dan ganteng serta kelihatan lebih muda,
siapapun orangnya. Itulah yang dipuaskan oleh Tarzan Photo. Kini Tarzan Photo
dibantu oleh 25 orang fotografer profesional dan 150 an karyawan.
Suka Duka
Selama berkarir 62 tahun
ini, Jimmy mengaku menemui berbagai suka dan duka seperti saat pembukaan awal,
kamera yang ala kadarnya dan bekerja masih sendirian. Saat itu orderan juga
masih sepi, hanya 2 sampai 3 orderan saja seminggu. Dan yang pasti adalah
kopmplain dari pelanggan. “Ya.. namanya usaha dibidang jasa, terkadang ada
komplain tapi saya sellau cepat tanggap. Kalau pelanggan terpuaskan pastilah
mereka cerita ke orang lain. Dari situlah Tarzan Photo semakin terkenal,”
ungkapnya.
Tak jarang demi pekerjaan
Jimmy pun harus rela meninggalkan keluarganya. Seperti saat menerima orderan
diluar Jakarta.
Saat ini Tarzann Photo
masih memiliki tiga cabang yang semuanya di Jakarta. Ketika ditanya apakah tak
ingin membuak cabang di luar kota maka jawabannya adalah ia ingin fokus ke tiga
dulu karena fotografer tak sama dengan menjual kamera. Jual kamera bisa di
setiap kota tapi fotografi tidak demikian, jawabnya.
Itulah Biografi Jimmy
Iskandar, fotografer otodidak yang berhasil meraih sukses luar biasa di bidang
fotografi melalui Tarzan Photo. Semoga kita bisa meniru kerja keras, semangat,
komitmen dan visi jauhnya tentang kehidupan dan bisnis, tentunya sesuai dengan
bidang kita masing-masing.
Tarzan Foto Masa Kini |
0 komentar:
Posting Komentar